Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

.

Sabtu, Januari 19, 2013

Eksentrik Presiden Antah Berantah


Negara Indonesia adalah salah satu Negara demokrasi yang tahun depan ini mengadakan pemilu secara Nasional. Kalimat politik “Dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat” selalu terngiang-ngiang selama masa kampanye. Dari rakyat menandakan presiden berasal dari rakyat, oleh rakyat berarti dijalankan oleh rakyat dan untuk rakyat berarti pemilihan presiden dilakukan semata-mata untuk kesejahtraan rakyat.
Kasus korupsi di Indonesia sudah mendarah daging di setiap pejabat pemerintahan. Hal ini terjadi karena tidak adanya sifat kedisiplinan, ketegasan, keimanan akan prinsip. Terdapat saling tuduh menuduh antara keduanya. Rakyat menyalahkan pemerintah karena selalu korupsi jika telah menjabat, lupa akan janji, seenak jidatnya dalam memerintah, nepotisme dan masih banyak lagi. Tetapi rakyat juga salah, karena mereka tidak mau memilih jika tidak diberi imbalan. Begitulah hal itu terus berulang dan tidak memiliki pangkal atau pun ujung.

Isu telah beredar bahwa telah banyak tokoh-tokoh masyarakat yang akan mencalonkan diri sebagai presiden. Nama pertama adalah Abu Rizal Bakri, beliau adalah salah satu pengusaha terkaya di Indonesia. Beliau banyak menanam saham di berbagai perusahaan, yang sangat terkenal adalah Lapindo. Tentu kita mengetahui kasus Lapindo yaitu lumpurnya. Beliau sangat tidak acuh dengan kasus ini padahal beliau mencalonkan diri sebagai presiden. Masalah perusahaannya saja tidak diselesaikan apalagi masalah Negara. Nama kedua adalah Wiranto, beliau pernah menjabat sebagai pangdam wirabuana sewaktu TNI, pimpinan tertinggi militer tetapi beliau pernah melanggar HAM. Prabowo Subianto juga diberitakan telah melanggar HAM. Apakah Indonesia membutuhkan pemimpin seperti demikian? Saya rasa tidak sama sekali. Selain itu, ada juga Surya Palo yang merupakan pemimpin metro, M.T Mahmud yang merupakan ketua Mahkamah Konstitusi, Sutyoso yang merupakan mantan gubernur DKI, Megawati yang sebelumnya telah menjabat sebagai presiden. Pendidikan terakhir Megawati adalah Sekolah Menegah Atas. Bagaimana mungkin, seorang presiden yang akan memimpin negeri memiliki pendidikan yang sangat rendah? Berbicara Bahasa Inggris saja masih tidak mengerti, bagaimana jika beliau dibodoh-bodohi? Tentu akan merugikan bangsa kita. Rhoma Irama adalah nama selanjutnya. Kita mengetahui bahwa beliau adalah Raja dangdut tetapi beliau memiliki banyak istri. Tentu saja banyak oknum yang keberatan akan kepoligamian si raja dangdut ini dan banyak yang keberatan beliau menjadi presiden.
Menurut saya, sosok presiden yang paling ideal adalah Jusuf Kalla. Beliau adalah seorang yang cerdas, kriteria ini sangat penting karena seorang presiden dalam masa pemerintahannya untuk membangun sebuah negara agar negara tersebut maju haruslah cakap dalam mengatur segala aspek di negaranya. Selain cerdas beliau juga sederhana, seperti sifat yang dimiliki oleh presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad, kriteria seperti ini apabila dimiliki seorang presiden niscaya pasti rakyat akan bersimpati bahkan selalu mendukung pemerintahannya. Bersahabat, seorang presiden identik dengan sikap yang berwibawa, namun akan lebih baik bila seorang presiden memiliki sifat yang bersahabat, dalam artian bersahabat dengan wakilnya, anggotanya, rakyatnya, dan bersahabat dengan tokoh-tokoh dari negara lain sehingga ini akan membuat kerjasama atau hubungan dengan negara lain akan lebih harmonis.
Selain sifat yang telah kusebutkan di atas, sifat yang ideal adalah berakhlak mulia, sebagai seorang yang akan menjadi pemimpin di Indonesia, wajiblah ia memiliki akhlak yang mulia atau memiliki budi pekerti yang baik. Sehat jasmani dan rohani, karena seorang presiden bila tidak mampu menjalankan tugasnya karena sakit-sakitan atau kerohaniannya yang tidak baik maka akan berdampak bagi pandangan orang-orang mengenai sosoknya. Untuk itu perlu keseimbangan antara kesehatan jasmani dengan kerohaniannya. Lalu amanah, atau dapat dipercaya adalah sifat yang sangat vital karena sudah tidak menjadi barang langka ketika para pemimpin sebelum terpilih sering mengumbar-umbar janji.
Hal ini sedikit banyak mempengaruhi tingkat golput ketika pemilihan umum yang dikarenakan sifat pemimpin yang tidak dapat dipercaya. Bertanggung jawab, salah satu standar kriteria yang harus dimiliki seorang pemimpin khususnya seorang presiden karena apabila seorang presiden telah mendapat kepercayaan dan diberi amanah oleh rakyat maka seorang presiden wajib mempertanggung jawabkan segala kewajibannya dan mewujudkan segala keinginan rakyatnya. Berani, adalah salah satu kriteria yang masih jarang dimiliki oleh pemimpin di Indonesia. Tegas, tidak jauh berbeda dengan kriteria sebelumnya yaitu berani. Hanya saja tegas lebih menekankan kepada sikap seorang presiden ketika negaranya mendapatkan perlakuan tidak baik dari negara lain. Adil, makin hari makin sulit saja ditemui keadilan di negara Indonesia yang tercinta ini, dapat kita lihat dari beberapa contoh seperti maling ayam yang dihukum berat sedangkan koruptor yang sangat tidak setimpal hukumannya dengan apa yang telah dibuat. Untuk itu diperlukan sosok pemimpin yang mampu berlaku adil tanpa memandang siapa yang berbuat kesalahan. Jujur, mungkin apabila ditanya sosok apa yang masih kurang dimiliki oleh orang-orang di Indonesia adalah kejujuran. Jujur sangat wajib dimiliki oleh seorang presiden, karena apabila seorang presiden tidak memiliki kejujuran maka ini akan menyebabkan jalan menuju tindakan korupsi. Untuk itu sangat perlu seorang presiden memiliki sifat jujur.
Dari penjelasan di atas, banyak persamaan pendapat antara peserta seperti ciri-ciri dari sosok presiden yang ideal untuk Indonesia. Ada juga yang menambahkan yang lebih spesifik bahwa presiden haruslah cakap dalam bidang ekonomi dan hukum karena kedua bidang tersebut adalah induk untuk membangun bangsa yang lebih maju lagi. Tetapi, justru ahli hukum banyak yang koruptor, ahli ekonomi malah memainkan uang dan mengkorupsinya. Seperti telatnya suatu beasiswa keluar karena ada oknum yang ingin mengambil bunganya. Bukan hanya telat keluarnya tetapi beasiswanya juga dipotong. Sangat menguntungkan bagi ahli ekonomi.
Multilema yang hanya didapatkan jika hanya mementingkan masalah IQ. Kecerdasaan yang dibutuhkan selain IQ adalah EQ yaitu emosionalnya dapat terkontrol, seperti mengontrol segala keinginan memperoleh kekuasaan juga kekayaan. Tetapi SQ atau spirituallah yang merupakan kecerdasaan spiritual. SQ menjadi pengatur EQ dan IQ. Percuma IQ dan EQ tinggi tetapi jika SQ rendah akan mempersulit sekelompok manusia seperti terjadinya korupsi yang telah mendarah daging di Negara ini.
Di periode pertamanya, SBY sangat mempesona sehingga membuat banyak lagi memilihnya di periode berikutnya, tetapi di saat periode terakhirnya, beliau tidak melakukan apa-apa. Entah apa yang terjadi pada beliau, mungkinkah karena pasangan yang berbeda? Sungguh sangat disayangkan, SBY yang awal periodenya sangat diagung-agungkan tetapi diakhir periodenya sangat kalem sehingga tidak melakukan apa-apa. Apakah ini karena dua periode yang menandakan beliau tidak boleh lagi menjabat menjadi presiden di periode berikutnya. Mungkinkah karena memikirkan hal itu sehingga beliau tidak melakukan apa-apa? Sungguh memalukan jika seorang kepala Negara berbuat seperti itu. Serakah akan kekuasaan dan kekayaan, setelah di dapat semuanya dibuang begitu saja.
Hal ini juga terjadi di berbagai daerah di Sulsel. Di soppeng, walikotanya juga dua periode dan sama halnya SBY, beliau juga tidak melakukan apa-apa untuk daerahnya. Di Takalar juga demikian dan tidak menutup kemungkinan masih banyak lagi daerah yang seperti itu. Apakah system yang salah? Ataukah yang merangcang system itu? Atau yang menjalankannya? Sangat ambigu, dilemma bahkan multilema.
Sebenarnya tak ada yang salah dari system. Apa yang salah dari Pancasila? Menurut saya, Pancasila sangatlah sempurna untuk Negara ini. Semua sila-silanya mengandung hal-hal yang terpuji dan tak ada celah keburukan di dalamnya. Jadi yang harus disalahkan adalah yang menjalankannya atau outputnya yang dengan kata lain kita sendiri sebagai rakyat Indonesia.
Pendidikan dini haruslah diterapkan dengan sungguh-sungguh. Orang tua haruslah memberikan contoh yang baik untuk anaknya sehingga kelak anaknya juga akan bersikap baik di khalayak. Seorang guru haruslah memberikan contoh positif kepada siswanya sehingga siswanya menjadi positif juga dalam bersikap. Orang tua atau pun guru tidak hanya mengajarkan kegiatan kognitif atau pun psikomotorik tetapi menyeimbangkannya dengan afektif.
Selain pendidikan dini, hukum harus lebih bisa ditegakkan. Hukum yang setimpal dengan kejahatannya, kalau perlu hukum gantung ataukah hukum potong tangan agar para koruptor jera dan tak lagi mengulang kasusnya juga tak ada lagi yang menirunya di kemudian hari dan kebiasaan korupsi pun dapat dihapuskan.


Wibowo, Hendro. 2012. Inilah Sosok Pemimpin yang Dibutuhkan Indonesia. Akses 16 January 2013.

0 komentar:

Posting Komentar