Negara
Indonesia adalah salah satu Negara demokrasi yang tahun depan ini mengadakan
pemilu secara Nasional. Kalimat politik “Dari rakyat, oleh rakyat dan untuk
rakyat” selalu terngiang-ngiang selama masa kampanye. Dari rakyat menandakan
presiden berasal dari rakyat, oleh rakyat berarti dijalankan oleh rakyat dan
untuk rakyat berarti pemilihan presiden dilakukan semata-mata untuk
kesejahtraan rakyat.
Kasus
korupsi di Indonesia sudah mendarah daging di setiap pejabat pemerintahan. Hal
ini terjadi karena tidak adanya sifat kedisiplinan, ketegasan, keimanan akan
prinsip. Terdapat saling tuduh menuduh antara keduanya. Rakyat menyalahkan
pemerintah karena selalu korupsi jika telah menjabat, lupa akan janji, seenak
jidatnya dalam memerintah, nepotisme dan masih banyak lagi. Tetapi rakyat juga
salah, karena mereka tidak mau memilih jika tidak diberi imbalan. Begitulah hal
itu terus berulang dan tidak memiliki pangkal atau pun ujung.
Isu
telah beredar bahwa telah banyak tokoh-tokoh masyarakat yang akan mencalonkan
diri sebagai presiden. Nama pertama adalah Abu Rizal Bakri, beliau adalah salah
satu pengusaha terkaya di Indonesia. Beliau banyak menanam saham di berbagai
perusahaan, yang sangat terkenal adalah Lapindo. Tentu kita mengetahui kasus
Lapindo yaitu lumpurnya. Beliau sangat tidak acuh dengan kasus ini padahal
beliau mencalonkan diri sebagai presiden. Masalah perusahaannya saja tidak
diselesaikan apalagi masalah Negara. Nama kedua adalah Wiranto, beliau pernah
menjabat sebagai pangdam wirabuana sewaktu TNI, pimpinan tertinggi militer
tetapi beliau pernah melanggar HAM. Prabowo Subianto juga diberitakan telah
melanggar HAM. Apakah Indonesia membutuhkan pemimpin seperti demikian? Saya
rasa tidak sama sekali. Selain itu, ada juga Surya Palo yang merupakan pemimpin
metro, M.T Mahmud yang merupakan ketua Mahkamah Konstitusi, Sutyoso yang
merupakan mantan gubernur DKI, Megawati yang sebelumnya telah menjabat sebagai
presiden. Pendidikan terakhir Megawati adalah Sekolah Menegah Atas. Bagaimana
mungkin, seorang presiden yang akan memimpin negeri memiliki pendidikan yang
sangat rendah? Berbicara Bahasa Inggris saja masih tidak mengerti, bagaimana
jika beliau dibodoh-bodohi? Tentu akan merugikan bangsa kita. Rhoma Irama
adalah nama selanjutnya. Kita mengetahui bahwa beliau adalah Raja dangdut
tetapi beliau memiliki banyak istri. Tentu saja banyak oknum yang keberatan
akan kepoligamian si raja dangdut ini dan banyak yang keberatan beliau menjadi
presiden.
Menurut
saya, sosok presiden yang paling ideal adalah Jusuf Kalla. Beliau adalah
seorang yang cerdas, kriteria ini sangat penting karena seorang presiden dalam
masa pemerintahannya untuk membangun sebuah negara agar negara tersebut maju
haruslah cakap dalam mengatur segala aspek di negaranya. Selain cerdas beliau
juga sederhana, seperti sifat yang dimiliki oleh presiden Iran Mahmoud
Ahmadinejad, kriteria seperti ini apabila dimiliki seorang presiden niscaya
pasti rakyat akan bersimpati bahkan selalu mendukung pemerintahannya.
Bersahabat, seorang presiden identik dengan sikap yang berwibawa, namun akan
lebih baik bila seorang presiden memiliki sifat yang bersahabat, dalam artian
bersahabat dengan wakilnya, anggotanya, rakyatnya, dan bersahabat dengan
tokoh-tokoh dari negara lain sehingga ini akan membuat kerjasama atau hubungan
dengan negara lain akan lebih harmonis.
Selain sifat yang telah
kusebutkan di atas, sifat yang ideal adalah berakhlak mulia, sebagai seorang
yang akan menjadi pemimpin di Indonesia, wajiblah ia memiliki akhlak yang mulia
atau memiliki budi pekerti yang baik. Sehat jasmani dan rohani, karena seorang
presiden bila tidak mampu menjalankan tugasnya karena sakit-sakitan atau
kerohaniannya yang tidak baik maka akan berdampak bagi pandangan orang-orang
mengenai sosoknya. Untuk itu perlu keseimbangan antara kesehatan jasmani dengan
kerohaniannya. Lalu amanah, atau dapat dipercaya adalah sifat yang sangat vital
karena sudah tidak menjadi barang langka ketika para pemimpin sebelum terpilih
sering mengumbar-umbar janji.
Hal ini sedikit banyak
mempengaruhi tingkat golput ketika pemilihan umum yang dikarenakan sifat
pemimpin yang tidak dapat dipercaya. Bertanggung jawab, salah satu standar
kriteria yang harus dimiliki seorang pemimpin khususnya seorang presiden karena
apabila seorang presiden telah mendapat kepercayaan dan diberi amanah oleh
rakyat maka seorang presiden wajib mempertanggung jawabkan segala kewajibannya
dan mewujudkan segala keinginan rakyatnya. Berani, adalah salah satu kriteria
yang masih jarang dimiliki oleh pemimpin di Indonesia. Tegas, tidak jauh
berbeda dengan kriteria sebelumnya yaitu berani. Hanya saja tegas lebih
menekankan kepada sikap seorang presiden ketika negaranya mendapatkan perlakuan
tidak baik dari negara lain. Adil, makin hari makin sulit saja ditemui keadilan
di negara Indonesia yang tercinta ini, dapat kita lihat dari beberapa contoh
seperti maling ayam yang dihukum berat sedangkan koruptor yang sangat tidak
setimpal hukumannya dengan apa yang telah dibuat. Untuk itu diperlukan sosok
pemimpin yang mampu berlaku adil tanpa memandang siapa yang berbuat kesalahan. Jujur,
mungkin apabila ditanya sosok apa yang masih kurang dimiliki oleh orang-orang
di Indonesia adalah kejujuran. Jujur sangat wajib dimiliki oleh seorang
presiden, karena apabila seorang presiden tidak memiliki kejujuran maka ini
akan menyebabkan jalan menuju tindakan korupsi. Untuk itu sangat perlu seorang
presiden memiliki sifat jujur.
Dari penjelasan di atas, banyak
persamaan pendapat antara peserta seperti ciri-ciri dari sosok presiden yang
ideal untuk Indonesia. Ada juga yang menambahkan yang lebih spesifik bahwa
presiden haruslah cakap dalam bidang ekonomi dan hukum karena kedua bidang
tersebut adalah induk untuk membangun bangsa yang lebih maju lagi. Tetapi,
justru ahli hukum banyak yang koruptor, ahli ekonomi malah memainkan uang dan
mengkorupsinya. Seperti telatnya suatu beasiswa keluar karena ada oknum yang
ingin mengambil bunganya. Bukan hanya telat keluarnya tetapi beasiswanya juga
dipotong. Sangat menguntungkan bagi ahli ekonomi.
Multilema yang hanya didapatkan
jika hanya mementingkan masalah IQ. Kecerdasaan yang dibutuhkan selain IQ adalah
EQ yaitu emosionalnya dapat terkontrol, seperti mengontrol segala keinginan
memperoleh kekuasaan juga kekayaan. Tetapi SQ atau spirituallah yang merupakan kecerdasaan
spiritual. SQ menjadi pengatur EQ dan IQ. Percuma IQ dan EQ tinggi tetapi jika
SQ rendah akan mempersulit sekelompok manusia seperti terjadinya korupsi yang
telah mendarah daging di Negara ini.
Di periode pertamanya, SBY sangat
mempesona sehingga membuat banyak lagi memilihnya di periode berikutnya, tetapi
di saat periode terakhirnya, beliau tidak melakukan apa-apa. Entah apa yang
terjadi pada beliau, mungkinkah karena pasangan yang berbeda? Sungguh sangat
disayangkan, SBY yang awal periodenya sangat diagung-agungkan tetapi diakhir
periodenya sangat kalem sehingga tidak melakukan apa-apa. Apakah ini karena dua
periode yang menandakan beliau tidak boleh lagi menjabat menjadi presiden di
periode berikutnya. Mungkinkah karena memikirkan hal itu sehingga beliau tidak
melakukan apa-apa? Sungguh memalukan jika seorang kepala Negara berbuat seperti
itu. Serakah akan kekuasaan dan kekayaan, setelah di dapat semuanya dibuang
begitu saja.
Hal ini juga terjadi di berbagai
daerah di Sulsel. Di soppeng, walikotanya juga dua periode dan sama halnya SBY,
beliau juga tidak melakukan apa-apa untuk daerahnya. Di Takalar juga demikian
dan tidak menutup kemungkinan masih banyak lagi daerah yang seperti itu. Apakah
system yang salah? Ataukah yang merangcang system itu? Atau yang
menjalankannya? Sangat ambigu, dilemma bahkan multilema.
Sebenarnya tak ada yang salah dari
system. Apa yang salah dari Pancasila? Menurut saya, Pancasila sangatlah
sempurna untuk Negara ini. Semua sila-silanya mengandung hal-hal yang terpuji
dan tak ada celah keburukan di dalamnya. Jadi yang harus disalahkan adalah yang
menjalankannya atau outputnya yang
dengan kata lain kita sendiri sebagai rakyat Indonesia.
Pendidikan dini haruslah
diterapkan dengan sungguh-sungguh. Orang tua haruslah memberikan contoh yang
baik untuk anaknya sehingga kelak anaknya juga akan bersikap baik di khalayak.
Seorang guru haruslah memberikan contoh positif kepada siswanya sehingga
siswanya menjadi positif juga dalam bersikap. Orang tua atau pun guru tidak
hanya mengajarkan kegiatan kognitif atau pun psikomotorik tetapi
menyeimbangkannya dengan afektif.
Selain pendidikan dini, hukum
harus lebih bisa ditegakkan. Hukum yang setimpal dengan kejahatannya, kalau
perlu hukum gantung ataukah hukum potong tangan agar para koruptor jera dan tak
lagi mengulang kasusnya juga tak ada lagi yang menirunya di kemudian hari dan
kebiasaan korupsi pun dapat dihapuskan.
Wibowo, Hendro. 2012. Inilah Sosok Pemimpin yang Dibutuhkan Indonesia.
Akses 16 January 2013.
0 komentar:
Posting Komentar