Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

.

Featured Posts

Selasa, Mei 27, 2014

Terkucilkan di keluarga kecil

Siapa sih yang tidak ingin punya keluarga? 
Keluarga yang memberikan kehangatan, memberikan segala yang dibutuhkan oleh psikologi kita.

Merasa tertekan, merasa terpuruk atau merasa terabaikan, keluargalah yang dapat menjadi obat dari itu.
Keluarga sesungguhnya? Bukan itulah maksudku, namun keluarga di kehidupan bermasyarakat, keluarga di kehidupan bersosialisasi. 
Merasa dicueki ketika beragrumen, merasa diabaikan ketika memberi perhatian bahkan merasa tak dibutuhkan. 
Walaupun bukan saudara sedarah, tapi hati ini sangat pedih, perih bahkan ingin meronta. 

Rabu, April 02, 2014

Pagi ini diawali dengan Dzikir

Kukira hari ini akan seperti hari biasanya. Bangun telat akibat daya gravitasi tempat tidur yang meningkat. Atau dapat kukatakan bisikan syaitan lebih hebat. Untung saja aku tidak terpengaruh (tapi awalnya aku terperdaya). Seusainya menjalankan kewajiban di pukul 05.00, aku kembali menarik selimut merahku. Beberapa menit setelahnya, nyokap berkata "Jadi nggak perginya, Kak? Acaranya mulai pukul 07.00" dengan malas aku menjawab, "Tidak ahh. Masih mau tidur!"

Pukul 06.15, entah bisikan apa yang membangunkanku yang jelas hal itu membuatku membuka mata. Aku melihat sosok wanita yang sangat kupuja, siapa lagi kalau bukan ibuku? Aku terbangun dan memandangnya tanpa ekspresi. Beliau menyuruhku untuk ikut dan tanpa sadar aku mengambil handuk dan segera berpakaian rapi.

15 menit kemudian aku sudah siap. Yahh, aku bukanlah wanita pada umumnya yang dandan hampir 3 jam. Dari tadi aku sudah mendengar teriakan nyokap memanggil namaku dan aku hanya berkata "Iyya, Tunggu" Dengan secepat kilat, aku berlari menuju motor putihku dan pergi ke acara itu.

Untuk ukuran anak muda sepertiku, acara ini sangat tidak masuk akal. Tapi aku sangat suka dengan acara ini. Bahkan dulu, aku rela jadi seorang joki hanya karena ingin merasakan ini. Apalagi kalau bukan Dzikir Akbar. Dan yang lebih spesialnya, di acara itu dihadiri oleh petinggi UMI. Rektor dan Jajarannya. Tak lupa kusalami tangan beliau dan berdoa agar aku dapat seperti beliau ke depannya.

Betapa adilnya Allah, betapa Maha KuasaNya Allah. Seorang mahasiswa sepertiku, yang bukanlah siapa-siapa dapat seshaf dengan seorang Rektor UMI. Bahkan sholat jamaah dengan para petinggi UMI. Tidak hanya itu, kami dapat berdzikir bersama. Sejenak aku tersadar, kami bukanlah siapa-siapa. Seorang Rektor sekali pun tak berdaya dihadapanNya apalagi aku yang hanya seorang mahasiswa. Aku pun tersadar dan mulai menjaga janji yang telah kubuat denganNya.

Selasa, April 01, 2014

Tatapan Mr. X

April Mop! Ya tapi aku nggak merayakannya dan aku tidak akan membahas mengenai sejarah april Mop. Aku akan membahas tentang kisahku cintaku yang berliku, analoginya kayak labirin.

Seminggu lalu, long weekend. Tentu saja, weekendku tidak kulalui dengan main game atau nonton DVD tapi mengikuti kegiatan OMK. Walaupun sudah dua kali kulalui, tapi aku sangat senang. Mendapatkan banyak Ilmu dan bertemu orang-orang hebat. Pikirku, aku tidak salah memilih organisasi dan menjadi bagian dari mereka.

Bertemu dengan orang-orang hebat adalah impianku. Aku ingin menjadi mereka bahkan lebih dari mereka! Dia. Kita sebut saja Mr. X. Sebulan ini aku baru bertemu dengannya, tapi sudah lama aku tahu tentangnya. Khususnya tentang prestasinya yang mengagumkan. Tentu saja, aku ingin seperti Mr. X bahkan lebih. Aku mencoba berteman dengannya. Senyum di kala melihatnya tapi ada sesuatu yang salah! Tatapannya ketika melihatku sangat menakutkan. apakah ini hanya perasaanku? tapi Mr. X sudah berkali-kali menatapku dengan tatapan itu. Entah apa maknanya! Tapi rasanya menakutkan!

Mungkinkan aku hanya kagum dan akhirnya ketakutan?
Ingin kutanyakan hal ini padanya. Tapi tidak tahu harus memulai dari mana?
Mungkinkah ada perasaan lain terhadapku?
Tapi aku tidak mau kegeeran seperti biasanya!

Aku mencurahkan perasaan ini ke salah satu temanku.
Menurutnya, aku mungkin mirip seseorang? kekasihnya atau mantannya, tebak temanku itu!
Apakah benar? Tapi tatapannya tidak mengatakan demikian.
Tatapan menakutkan Mr.X membuatku tidak nyaman hingga kegerahan!
Apakah harus kudiami? Atau menanyakannya?
Hanya waktu yang bisa menjawabnya!

Jumat, Maret 28, 2014

Pertama kali ku melihatmu

Flashback tahun lalu. Di tempat ini, pertama kali kumelihatmu. Aku masih mengingat semuanya. Event yang sama, tapi sepertinya bukan di hari yg sama. Aku berlari takut terlambat tapi di sela-sela itu, kamu menyapaku. Bingung. Ya itulah yang kurasakan awalnya. Aku tak mengenalmu bahkan ini pertama kalinya kumelihat rupamu. Tapi kamu memanggilku dengan nama panggilanku yang semua orang tidak tahu nama itu. Tamtam ya itulah panggilan pertamamu untukku.

Aku membalasnya dengan senyuman yang agak dipaksakan. Tentunya sangat tulus tapi akibat bingung aku tidak bisa tersenyum polos. Aku tersenyum sambil berkata "iye Kak"

kak ya itu adalah kata andalanku di saat aku tak mengenal seseorang namun dia mengenalku. Tentu saja, setelah mengucapkan itu, aku masih penasaran akan namamu. Tidak pernah ada seseorang yang memanggilku tamtam tapi aku tak mengenalnya.

Sehari setelahnya, kamu membawakan materi. Tak kusadari bahwa itu adalah kamu. Kamu pun tak memperlihatkan sesuatu yang bisa kuingat di kala pertama kali kita berjumpa.

Tentu saja, sikapku cuek! Ya itulah kepribadianku! Selang beberapa hari, aku pun sadar bahwa kamu adalah seseorang yang sangat spesial di sana. Tentu saja aku kaget! Aku pun menjaga jarak tapi tetap saja kamu selalu ramah padaku.

Geer? Tidak juga! Aku menghormatimu seperti lainnya. Tapi aku sangat nyaman denganmu. Di suatu saat, aku sangat membutuhkan pertolongan. Aku malu meminta pertolongan itu kepada orang lain. Entah kamu bisa membaca pikiranku. Kamu menjadi pahlawanku. Menolongku tentunya. Aku lega dan senang. Tapi akibat pertolonganmu, memberikanku masalah dan penderitaan hingga saat ini

Sabtu, Maret 22, 2014

Adakah Pertemuan tanpa Perpisahan?




Ada pertemuan pasti ada perpisahan
Semua tahu itu.
Pertemuan itu menyenangkan.
Perpisahan itu menyakitkan.
Semua merasakan itu.
Namun, Adakah Pertemuan tanpa Perpisahan?

Minggu, Maret 16, 2014

Menggapai Angin

Mungkin orang bingung.
Analogiku untukmu adalah angin.
Mungkin orang heran.
Sebutanku untukmu adalah angin.
Ya benar adanya.
Kamu adalah anginku.

Kamu datang tak terduga
Tapi selalu menyejukkan diriku.
Kamu muncul tiba-tiba
Dan selalu mendebarkan jantungku.

Kamu angin pertama yang kurasakan.
Tidak dingin dan tidak panas juga.
Tetapi memberikan kehangatan melalui candamu
Tak hanya itu,
Hembusanmu selalu menetramkanku.

Aku suka itu.
Bahkan sangat suka.
Lucu! Ya itulah kamu, anginku.

Kuakan selalu ingin bersamamu.
Tapi....
Ya mengapa ada kata tapi di antara kita?

Selalu ingin kugapai dirimu.
Namun tak sanggup
Tangan terbuka tapi tak dapat kugenggam dirimu.

Selalu ada cobaan. Bukan karenamu. Tapi aku.
Aku yang serakah!
Tapi Apakah aku serakah? Hanya selalu menginginkanmu?
Aku tahu, kamu bukan milikku. Tepatnya belum milikku.

Tak pantaskah aku berharap itu?
Apakah awan cemburu padaku?
Atau langit menentang kita?
Aku sadari itu.
Aku. Aku akan selalu menunggumu, anginku.

Minggu, Januari 12, 2014

Mecari kebenaranMu

Langit marah membasahi permukaan tanah. Apakah langit marah menandakan kemarahan Tuhan? Atau tangisan Tuhan? Tuhan Maha Pengasih, wajar saja Dia menangis melihat ciptaanNya saling menghancur di muka bumi. Kejahatan merajalela, hukum rimba pun berlaku bahkan prikemanusiaan hanya ada di konstitusi saja. Sebenarnya apa yang Engkau rencanakan? Aku yakin Engkau Maha Mengetahui dan pasti telah tahu kejadian di kala ini tapi mengapa Engkau menciptakan kami semua? Engkau menciptakan seorang perusak! Engkau menciptakan seorang pembunuh! Apakah hal ini tidak aneh?
Jika Engkau mengingkan kesejahtraan hanya dengan kalimat "kun faya kun" semuanya terjadi tapi Engkau membiarkan kami saling menuduh! Saling merusak! Bahkan saling membunuh!

Hamba hanya sebagian kecil dari ciptaanMu, oleh sebab itu, buatlah hampa sedikit pemahaman. Kesalahpahaman dapat membuat hamba sesat bahkan kafir. Hamba tidak menginginkan hal itu, wahai Rabbku.

Keputusan beriman kepadaMu bukanlah keputusanku semata-mata tapi Engkau memberikanku hidayah yang sangat besar dengan dilahirkan di keluarga beragama muslim. Walaupun hamba sedikit bingung dengan semua ini tapi keimanan hamba tidak akan berkurang. Hamba akan terus mencari tahu kebenaran dan akan terus bertanya padaMu, wahai Rabbku!!